Sabtu, Juni 14 2025

Esai

SID 1984 Melawan Dominasi Narai Palsu

Written by

Mereka yang pernah mendengar lagu “1984” dari Superman Is Dead (SID) tidak hanya disuguhi deretan akord yang menggugah, tetapi juga dilempar ke dalam atmosfer distopia yang terasa begitu nyata. Lagu ini menggema seperti sirene di tengah kota yang mati rasa, bukan hanya karena liriknya yang tajam, tapi karena ia berhasil menciptakan ruang imajiner di mana […]

Don't miss...

Ijazah Jokowi Dan Kepalsuan Demokrasi

Dalam debat tentang keaslian ijazah Presiden Joko Widodo, dua kubu saling berhadap-hadapan seperti dalam tragedi Yunani: yang satu berdiri di atas klaim otoritas formal, yang satu lagi bertumpu pada skeptisisme publik. Tapi keduanya—yang percaya dan yang meragukan—mungkin terperangkap dalam jebakan yang sama: menyangka bahwa selembar ijazah adalah esensi dari legitimasi seorang pemimpin. Padahal, seperti yang

Hikayat Para Filsuf Dan Minumannya

Kita terlalu sering mengutip pemikiran para filsuf, tapi lupa apa yang mereka teguk ketika sedang kebingungan dengan dunia. Seolah Kant lahir dari ruang steril perpustakaan dan Nietzsche menulis Zarathustra setelah yoga pagi dan smoothie organik. Padahal, banyak gagasan besar lahir dari gelas yang bau alkohol, cangkir kopi gosong, atau bahkan air hujan yang dikira anggur

Surga : Hasrat yang Disamarkan

Kebanyakan orang membayangkan surga seperti brosur perumahan mewah: taman, sungai, buah segar tanpa musim, tempat tidur empuk, musik lembut, dan layanan spiritual tanpa batas. Dalam versi yang lebih Islami, ditambahkan bonus: bidadari bening, anggur tanpa mabuk, dan keabadian syahwat yang tidak melelahkan. Sungguh akomodasi yang sulit ditolak, terutama bila dibandingkan dengan realitas dunia yang penuh

Kapitayan: Filsafat yang Nyaris Dilenyapkan

Di tengah hiruk-pikuk perebutan identitas dan simbol warisan suci, ada satu warisan yang justru dibiarkan sunyi—tanpa pembela, tanpa teks kanonik, tanpa liturgi resmi. Ia tidak menyodorkan surga atau neraka, tidak pula mewajibkan kiblat tertentu. Namun dari rahimnya lahir kebudayaan, sistem nilai, dan tata hidup orang Nusantara jauh sebelum kitab-kitab besar tiba dari tanah asing. Kita

Bukan Cinta Seperti yang Kita Tahu

Suatu saat, mungkin tak terlalu lama lagi, kita akan berhenti mengirim bunga. Tak lagi menulis puisi tangan. Tak menunggu balasan SMS seperti di tahun 2004. Cinta tidak akan datang dalam bentuk aroma tubuh, suara lirih di ujung malam, atau jam tangan yang dicuri diam-diam sebagai kenang-kenangan. Ia akan datang lewat notifikasi. Dan barangkali, di titik

Cinta Di Zaman Tanpa Sentuhan

Dalam sebuah adegan yang nyaris sunyi, Theodore Twombly duduk di bangku taman, sendirian, berbicara pada suara tanpa tubuh bernama Samantha. Film Her (2013) karya Spike Jonze bukan hanya ramalan fiksi ilmiah, tapi juga epitaf lembut bagi cinta manusia yang kalah dari kecanggihan kecerdasan buatan. Dan di tengah geliat terkini AI—yang mulai menulis puisi, menganalisis emosi,

Bangun, Dunia Butuh Kopi

Dalam sejarah umat manusia, jarang ada benda yang begitu sederhana namun mampu mengubah nasib dunia seperti secangkir kopi. Ia bukan sekadar minuman; ia adalah ritual, senjata produktivitas, bahkan simbol perlawanan. Tapi sebelum ia menjadi bintang di meja kerja startup Jakarta atau teman begadang aktivis kiri di Yogyakarta, kopi hanyalah biji yang tak dikenal, tersembunyi di

Miskin di Negeri Kaya

Di negeri ini, ada satu hal yang tak pernah krisis. Ia tidak fluktuatif seperti nilai tukar rupiah, tidak mudah digoyahkan seperti kabinet, dan tak pernah berakhir masa baktinya seperti presiden. Namanya: kemiskinan. Ia adalah satu-satunya entitas yang mampu bertahan melintasi rezim, ideologi, hingga siklus pemilu. Jika ekonomi adalah kapal, maka kemiskinan adalah jangkar: selalu ada

Jalan Terang Untuk Hidup Yang Gelap

Sebuah panduan tidak resmi bagi orang-orang yang tak ingin hidupnya sekadar bertahan) — Kita hidup di zaman aneh. Di mana anak-anak diajari rumus kuadrat tapi tak pernah diajari cara mengatasi patah hati. Di mana seseorang bisa lulus dengan IPK sempurna tapi tak tahu apa yang harus dilakukan ketika ibunya sakit dan uang tinggal seratus ribu.

Bruno Latour dan Nasib Fakta yang Tak Lagi Suci

Bayangkan Anda sedang duduk di ruang laboratorium, dikelilingi tabung reaksi, data grafik, dan seorang ilmuwan yang sangat yakin bahwa apa yang dia kerjakan adalah kebenaran murni—tak tercela, tak tergugat. Lalu masuklah Bruno Latour, seorang filsuf Prancis, membawa satu kalimat yang membuat seluruh ruangan menjadi kikuk: “Sains bukanlah refleksi realitas. Ia adalah konstruksi.” Pernyataan itu seperti

1 2